Dare hitori kizuku mono mo naku sekai wa hazure guze no honnou ni tsutsumareru
Waktu yang tak terbatas menghentikan detak jantung itu dan manusia dibakar begitu saja tanpa membuat kebisingan.Tidak ada satu orang memberitahu bahwa dunia akan di dislokasi dan ditutupi di dalam Flame of Guze.
Hmm...,minna?Ngomong-ngomong ada yang masih ingat tidak kalimat diatas?Kalimat ini selalu muncul pada awal pembuka song theme di setiap episode-episodenya.Yap,itulah Shakugan no Shana atau dalam bahasa Indonesianya yang berarti "Shana bermata membara" :D (Wow,sugee~) Gimana sih ceritanya?Yuk,mari kita kupas bersama-sama :D (emang ngupas apel :^)
Shakugan no Shana adalah serial light novel yang ditulis oleh Yashichiro Takahashi dan diilustrasikan oleh Noizi Ito.ASCII Media Works mempublikasikan sebanyak 26 novel dari November 2002 sampai November 2012 di bawah naungan Dengeki Bunko imprint.Cerita ini bergenre Fantasy,Action,Romance,& Supernatural.Tidak hanya muncul dalam bentuk novel tetapi juga dalam anime dan manga.Serial manganya digambar oleh Ayato Sasakura di majalah Dengeki Daioh 1 Februari 2005.
Sinopsis Cerita
Dahulu kala, seorang penyair menemukan bahwa ada makhluk-makhluk yang bukan penghuni dunia ini membaur di tengah-tengah manusia. Mereka berasal dari dunia lain yang kemudian disebut sebagai Guze [arti harafiahnya: ‘Dunia Merah’] oleh sang penyair. Para penghuni Guze yang menyeberang ke dunia manusia disebut Guze no Tomogara. Untuk dapat bertahan dan melakukan berbagai hal di dunia manusia, para Tomogara membutuhkan kekuatan yang disebut Sonzai no Chikara atau kekuatan eksistensi manusia. Manusia yang ‘dimakan’ akan kehilangan segala bukti bahwa dirinya pernah eksis di dunia. Tidak ada seorangpun yang mengingat mereka. Namun masalah terbesar dari ulah Tomogara ini sebenarnya ada pada keseimbangan dua dunia yang menjadi goyah jika Sonzai no Chikara terus-menerus dimakan. Sekelompok Tomogara berkekuatan besar yang bergelar Guze no Oh kemudian memutuskan untuk menghentikan para Tomogara yang terus-menerus memakan eksistensi manusia ini. Karena tidak mau jadi sama rendahnya dengan buruan mereka, para Guze no Oh mencari manusia-manusia yang kemudian menjadi ‘wadah’ bagi mereka di dunia manusia agar tidak membutuhkan Sonzai no Chikarauntuk bertahan hidup. Para manusia ini disebut Flame Haze dan mereka menjalani kehidupan yang nyaris abadi namun tanpa masa lalu dan masa depan. Kehidupan yang sepi dan keras, hidup hanya demi membantai Tomogara, menanti saat di mana kelak mereka sendiri yang tewas kehabisan tenaga.
Beberapa tahun berlalu, suatu hari, gadis Flame Haze tak bernama ini menemukan seorang Tomogara yang memangsa banyak sekali manusia di sebuah kota di Jepang. Salah satu korbannya adalah Sakai Yuji, seorang siswa SMA biasa.
Saat dia menyaksikan rinne memakani sonzai no chikara dari orang-orang itu, Yuuji dengan kebingungan berteriak untuk menghentikannya dan menarik perhatian rinne tersebut yang segera menyadari bahwa Yuuji adalah seorang mistess dengan hougu dalam tubuhnya yang membuat dia bisa bergerak dalam fuzetsu. Rinne itu langsung menyerang yuuji, dan saat Yuuji tertangkap dan hampir dimakan, datanglah seorang Flame Haze dengan mata dan rambut panjang yang bersinar dengan menggunakan pedang yang disebut Nietono no Shana.
Setelah berhasil menyelamatkan Yuji,Yuji pun bertanya tentang apa yang terjadi pada dunianya,dirinya dan siapa nama yang telah meyelamatkanya dan yang akhirnya Yuji menamainnya dengan sebutan Shana.
Karakter
1.Shana
Sejak lahir, Shana dibesarkan dalam hôgu raksasa berbentuk kastil yang mengapung di udara dan terpisah dengan dunia luar, Tendokyu. Ia tidak memiliki nama. Nama Shana yang disandangnya saat ini adalah pemberian Yuji, diambil dari nama pedang Nietono no Shana miliknya. Tidak terbiasa dengan dunia manusia, sifat Shana selalu tampak ketus dan tidak pedulian. Memanggil orang lebih tua pun hanya dengan nama, atau kadang-kadang 'kamu' saja.
2.Sakai Yuuji
Awalnya sulit dan berat bagi Yuuji untuk menerima kenyataan bahwa dunianya telah jungkir balik akibat ulah Tomogara. Walau pernah mengalahkan Wirhelmina, ia takut pada wanita itu dan selalu bersikap amat sopan di hadapannya. Hôgu di tubuhnya adalah Reiji no Maigo yang menyimpan jiwa seorang Mistes bernama Johan. Permasalahan terbesar yang ditimbulkan oleh hôgu ini adalah kekasih Johan, Filleth yang hingga saat ini masih terus mencari keberadaan Reiji no Maigo.
3.Alastor
Dikenal juga sebagai Tenbatsu no Majin atau Tenbatsu Gurui yang merupakan Dewa yang menjatuhkan hukuman di Guze. Memiliki sosok asli raksasa api bersayap dan bertanduk. Alastor bersikap keras dan tegas terhadap semua orang, tapi sebenarnya sangat memperhatikan orang-orang yang dekat dengannya. Ia menganggap Shana sebagai putrinya dan tidak jarang ia kesal pada Yuji yang menurutnya sering membuat hati Shana goyah. Satu-satunya momen di mana ia pernah panik adalah ketika Wirhelmina [dengan sengaja] melantunkan lagu cinta gubahan kekasihnya di hadapan Shana. Alastor adalah orang yang paling kehilangan saat Mathilde gugur. Tetapi ia tidak menyesalinya, karena bagi Alastor, hingga saat inipun Mathilde Saint-Omer hidup dalam dirinya.
4.Margery Daw
Salah seorang Flame Haze yang bergerak hanya dengan landasan kebencian. Wanita seksi yang punya hobi minum sampai mabuk ini selalu membantai tiap tomogara yang ia temui tanpa ampun karena masa lalunya yang pahit. Di kalangan Flame Haze sekalipun ia dikenal sebagai orang berbahaya yang gila pertempuran. Ia tidak menyukai Shana [begitu juga sebaliknya], tapi bukan berarti membencinya. Sepertinya ia cukup dekat dengan Wirhelmina. Tujuan utamanya adalah memburu dan membunuh tomogara misterius yang memiliki warna api perak. Dua orang teman sekelas Yuji, Tanaka Eita dan Sato Keisaku secara kebetulan mengenalnya kemudian menjadi semacam anak buah baginya. Keduanya menghormati Margery walau lebih memilih untuk menarik diri tiap kali wanita itu mabuk.
5.Marcosias
Guze no Oh yang memiliki warna api ultramarine ini mengambil wujud sebuah buku besar sebagai Jinkinya. Sikapnya selalu seenaknya dan punya suara tawa yang memuakkan. Kalau dia sudah mulai tertawa sambil berkoar-koar, biasanya Margery akan langsung mengayunkan tinju untuk menyuruhnya diam. Di balik semua sikap ngaconya, Marco sangat memperhatikan dan menyayangi Flame Hazenya. Ketika Margery terluka saat melawan Shana, ia mengamuk dan muncul dalam wujud aslinya, peduli amat dengan segala aturan dan keseimbangan dunia.
6.Khamsin Nbh'w
Salah seorang Flame Haze tertua yang mengikat ‘kontrak’ dengan Behemoth saat beranjak remaja. Ada yang mengatakan kalau dia sebenarnya adalah Pharaoh karena nama dan penampilan fisiknya yang seperti orang timur tengah, dan ia memang dulunya seorang pangeran, walau tidak pernah disinggung dengan jelas mengenai itu. Ia menerima tawaran Behemoth dan menjadi Flame Haze demi menyelamatkan negerinya dari serangan monster. Ironisnya ketika ia pulang setelah membantai monster yang bersangkutan, tak ada lagi yang mengenal dirinya. Tidak seperti Flame Haze pada umumnya, tubuh Khamsin penuh bekas luka, bukti pertarungannya selama ini. Ia sengaja tidak menghapusnya karena paling tidak ingin menjadikannya sebagai bukti eksistensinya. Selalu berbicara menggunakan keigo [bahasa sopan] terhadap siapapun, dan tidak pernah protes sekalipun dipanggil ‘Kakek’.
7.Behemoth
Warna apinya coklat. Sama seperti Khamsin, sikapnya kalem dan gaya bicaranya seperti kakek-kakek. Hubungannya dengan Flame Hazenya sangat dekat, dan bukan hanya karena mereka telah bersama sekian lama. Saat ini, ia dan Khamsin lebih berperan sebagai penyelaras yang bertugas ‘memperbaiki’ tempat yang pernah mendapat serangan hebat dari tomogara.
8.Wirhelmina Caramel
Datar. Itulah Wirhelmina. Wajahnya yang selalu tanpa ekspresi menyembunyikan sosok wanita lembut yang sangat menyayangi Shana. Jika Alastor adalah ayah, maka Wirhelmina bisa dibilang merupakan sosok ibu bagi Shana. Pada masa perang, ia menjadi musuh besar dari partner Merihim, Illuyankas. Wanita cantik yang kadang dipanggil Hime [putri] oleh Tiamat ini tidak menyukai Yuji dan pernah nyaris membunuhnya. Setelah sedikit ribut-ribut di sana-sini, akhirnya ia mau memberi kesempatan pada Mistes itu walau tetap saja tidak menyukainya. Saat ini ia tinggal bersama Shana di rumah keluarga Hirai dan menawarkan diri untuk mengawasi latihan Shana dan Shuji. Menggunakan pita sebagai senjatanya, dan walau tidak terlalu kuat, meremehkannya bisa berarti kematian karena sejak masa perang, ia terkenal dengan julukan Kagen to Sengi Muso, seorang Flame Haze yang patut disejajarkan dengan Mathilde.
9.Tiamat
Berwujud tiara pada masa perang, kemudian menjadi head dress ketika Wirhelmina mengganti penampilannya dengan baju maid [persis setelah wanita itu memungut Shana]. Dalam pertempuran, wujudnya berubah menjadi topeng rubah dengan surai yang lebat. Tiamat adalah seorang wanita yang tidak jauh beda dinginnya dengan Wirhelmina. Kata-kata yang diucapkannya selalu singkat, padat dan jelas [dalam novel, ucapannya hanya terdiri dari huruf kanji dan tidak pernah lebih dari 5 huruf]. Walau kaku, ia paling paham tentang Flame Hazenya, dan kadang-kadang bisa kompak jayuz juga. Kalau komentar tak berperasaannya sudah keluar, biasanya Wirhelmina akan langsung menghantamnya.
10.Merihim
Salah seorang Guze no Oh yang berada di pihak Azis saat perang besar. Wajahnya tampan dan memiliki warna api yang paling indah; pelangi. Ia mencintai Mathilde dan sama sekali tidak malu-malu untuk menyatakannya sekalipun mereka berdua tengah bertarung mempertaruhkan nyawa. Tak heran kalau Alastor sangat membencinya. Pada akhirnya ia kalah dan Mathilde memintanya untuk berjanji tiga hal; jangan makan manusia lagi, jangan membuat kacau dunia manusia lagi, dan didik pengganti dirinya suatu saat nanti agar menjadi Flame Haze yang hebat. Ketika Mathilde tewas, Merihim memenuhi sumpahnya pada wanita itu dan berubah wujud menjadi tengkorak putih agar tidak membutuhkan kekuatan eksistensi lagi. Shana mengenalnya sebagai Shiro, guru bertarungnya.
11.Mathilde Saint-Omer
Flame Haze Alastor di masa lalu. Mathilde dikatakan sebagai anomali dalam Flame Haze karena mengatakan dirinya bahagia menjadi orang yang hidup hanya demi membantai tomogara. Ia bahagia dengan kenyataan dirinya ‘bisa bertarung’. Satu-satunya pria yang memahami dan kemudian menjalin cinta dengannya adalah Alastor. Wirhelmina dan Tiamat, walau tidak mengerti jalan pikirannya, adalah satu-satunya yang mau menerima dirinya, menjadikan mereka satu-satunya pihak yang bisa disebut sahabat oleh Mathilde. Mathilde terluka parah di penghujung perang besar dan menyadari tubuhnya tidak akan bisa bertahan, ia mengerahkan Tenpa Jyosai untuk menghancurkan Azis, yang kemudian merenggut nyawanya sendiri. Mathilde menutup mata di tengah kobaran api yang merupakan wujud asli Alastor sambil melantunkan lagu cinta yang dibuatnya untuk pria itu.
Wokeh,semoga artikel ini menghibur kalian,oh ya! satu lagi,jangan lupa tinggalkan kritik dan saran yang membantu :) saya tunggu ya *wink* Jaa matta ne~
0 komentar: